twitter
rss

         Hai, namaku Kai. Yup, hanya tiga huruf itu. K-A-I. Memiliki nama yang sangat pendek seperti ini membawa untung. Saat UN, mudah bagiku untuk menulis nama dan membulatkannya, memberiku lebih banyak waktu untuk mengerjakan soal. Tapi tidak Cuma untung. Nama ini juga membawa petaka. Karena hanya terdiri dari tiga huruf, mudah bagi guru-guru untuk mengingatku, yang artinya lebih banyak bencana yang datang. Cukup tentang nama. Sekarang saya akan bercerita tentang kehidupanku yang nasibnya tak jauh beda dengan namaku.

            Lahir ditengah keluarga yang bernuansa Jepang (seperti namaku) bukanlah hal yang membanggakan. Kulitku terlalu putih dan mulus untuk ukuran cowok Indonesia, badanku tinggi kurus, rambut lurus, mata yang agak sipit. Untunglah hidungku masih mau mengikuti Ayah yang orang Padang, mancung dan agak bangir. Tapi yang amat sangat disayangkan, aku tak menguasai bahasa ibuku.  Aku sama sekali tak bisa berbahasa Jepang. Memang sih aku besar di Indonesia, tapi paling tidak aku seharusnya bisa mengerti bahasa Jepang. Tapi kenyataannya aku tak bisa. Cukup memalukan menurutku.

            Selanjutnya kehidupan sosialku. Untuk hal ini aku cukup beruntung karena mereka mengira aku keren. Terlahir dikeluarga yang cukup berada, memiliki ibu orang asing, wajah yang oriental, otak yang cukup encer adalah hal-hal yang dianggap keren disini. Tapi itu hanya berlaku untuk teman-teman yang berjenis kelamin laki-laki dan para guru, tidak berlaku untu para cewek-cewek. Entah mengapa, tak ada yang menganggapku keren. Terkadang aku cukup heran dengan hal itu. Bukannya aku kepedean, tapi kalau cowok menganggap aku ini keren (ceileh!), seharusnya begitu juga dengan cewek dan aku punya pengalaman tentang hal ini.
           
            “Kau dikutuk Kai,” itu pendapat adikku, Siti Maemunah. Sebenarnya aku ingin cerita mengapa namanya bisa seperti itu. Tapi, kali ini ceritanya tentang aku. Jadi maaf saja Mae, you’re out of the story this time. Kembali ke pendapatnya tadi. Apa benar aku dikutuk? Hem.. sepertinya kita mau tak mau harus melibatkan Mae dalam cerita ini.
            “Ya, dikutuk. Kau dikutuk supaya terlihat jelek dimata para cewek.” Kalian tahu, aku sedikit menyesal melibatkan pendapat Mae yang (sangat) tidak penting ini. Mana mungkin aku dikutuk seperti itu. Lagipula, apa salahku? Aku rajin shalat (beneran!), rajin menabung, tidak sombong, patuh pada orangtua. Apalagi yang kurang?

            “Mungkin saja karena perbuatanmu yang tak kau sadari,”. Mae, get out of my story!! Tapi tak urung pendapatnya ini cukup mengusikku. Apa iya aku ini dikutuk??

            Dikarenakan rasa penasaran yang bikin aku gatal-gatal, aku melakukan survey kecil-kecilan.

            Pertanyaannya   : Apakah saya cukup keren dimata kalian?
            Sasaran            : Cewek-cewek dikampus, di-facebook, di- twitter, lingkungan rumah, teman-teman                                        sekolah Mae.
            Hasil                 : GOD!!! Mae was right! I am cursed!!

            Aku menyesal melakukan survey itu. Selama ini aku percaya bahwa itu hanyalah kebohongan Mae belaka. Tapi kali ini aku tak bisa memungkirinya lagi. Harga diriku hancur berkeping-keping. Why God, why????
            Apa? Kalian ingin tahu detail survey itu? Huft.. Baiklah. Mungkin dengan berbagi bisa sedikit mengobati harga diriku.

            Jadi, sekitar sebulan yang lalu, aku melakukan riset itu. Mulai dari mengirimkan mata-mata dan agen untuk mengetahui hal itu.

            A 1 : Eh eh, katanya Kai udah punya pacar yah?
            S 1 : Hah? Masa sih? Ngga tahu juga yah.
            S 2 : Lagian mana mungkin. Secara Kai gitu loh..
            A 1 : Memangnya kenapa kalau Kai?
            S 1 : Yah, tau sendiri kan Kai itu gimana.

            See? Bagaimana aku tidak syok saat agen 1 melaporkan hasilnya padaku. Aku tak ingin menceritakannya lebih jauh. Rasanya malah lebih buruk. Setelah melakukan riset ini, aku jadi uring-uringan sendiri. Tak mau makan, tak mau keluar kamar. Ayah, Ibu dan Mae sudah bosan memaksaku makan. Tapi aku tak bergeming. Sampai suatu hari ada e-mail yang masuk, email yang mengubahku dan membuatku kembali ceria (hahaha! Lebay!)

            Begini isi emailnya kira-kira.
            Hai Kai. Hehe.. Nama kamu lucu yah. Kayak orang Jepang.
            Mungkin kamu ngga kenal ama aku.  Aku juga kok. Aku tau kamu dari temenku yang nanyain pendapat aku tentang kamu. Abis itu aku buka account kamu. Menurut aku kamu tuh lucu. Putih kayak orang Jepang. Atau jangan-jangan kamu memang orang Jepang?
            Well, overall aku lihat kamu lumayan kok. Kalau menurutmu kamu dikutuk (kayak statusmu), itu ngga bener. Malahan sepertinya kamu masih menjomblo itu karena tak ada cewek yang berani mendekati kamu dan nunjukin kalau mereka suka. You’re not a loser, Kai, but those girls are.
            Tetap semangat ya Kai...
           
            Regards, L.O.V.E

            Hanya email pendek, tapi bisa mengembalikan semangatku lagi. Dan yang paling menyenangkan, aku ngga dikutuk. Paling tidak, untuk sekarang ini aku yakin aku ngga dikituk. Buktinya ada cewek yang bilang aku lucu. Darimana aku tahu? Tentu saja dari email itu. L.O.V.E, Leona Ovie Vannisa Edrian. Itu nama cewek kan?
           

5 comments:

  1. Kadang aku sering seperti dia (kai) merasa tidak seorang pun yang menyukai...
    tetapi seiring berjalannya waktu, aku baru sadar, bukan tidak ada yang menyukai
    aku hanya ingin disukai oleh dia

    hahaha

    belon dewasa aku yah...
    oia, makasi ya pai biat cerita ini :)

  1. U're welcome.

    Pai ksi saran ni..
    Masi bnyak ikan dilaut..
    Hehe..
    Basi banget yah..

  1. hmmm confident that important.........

    kai mirip spa ya..?? kya2 knal orng yg merasa gak pernah ada yg suka, padahal dibalik itu semua, orng2 pada minder dan gak brani dekatin dia, karna dia sosok LUAR BIASA....

    :)

  1. Pai, aku ga suka semua jenis ikan
    hahaha

  1. Dedy : Sapa tuh?? Oon banget tu orang ngga nyadar dirinya kayak gitu..

    Fauzi : waaah.. Pantesan saja zi menjomblo..
    wakakakakak...

Posting Komentar